DUKUNGAN KECIL UNTUK KEMENANGAN BESAR - ARINA MAQSUROTIN
Dukungan Kecil untuk Kemenangan Besar
Alun sedang membereskan buku-buku di perpustakaan sekolah ketika sebuah pamflet warna-warni terjatuh dari rak. Ia memungutnya dan membaca tulisan besar di bagian atas: “Lomba Cerpen Tingkat Nasional: Ceritakan Kisah Terbaikmu!”
Malam harinya, ia menunjukkan pamflet itu kepada Thea dan Cahya saat mereka berkumpul di rumahnya.
“Kalian lihat ini? Aku tertarik ikut lomba ini,” kata Alun sambil menunjukkan pamflet tersebut.
“Bagus, Lun! Kamu harus coba. Kan kamu suka banget nulis,” Thea menyemangati.
“Tapi, aku nggak yakin idenya cukup bagus,” gumam Alun, menunduk.
Cahya menatapnya. “Kamu udah punya ide?”
“Ada sih,” jawab Alun ragu-ragu. “Aku mau cerita tentang Kalandra, teman kecilku dulu. Dia itu anak yang pintar dan baik, tapi tiba-tiba pindah tanpa kabar.”
Thea tersenyum. “Itu ide yang bagus, Lun. Kamu punya cerita nyata yang bisa menyentuh hati pembaca. Kalau kamu tulis dengan sepenuh hati, aku yakin hasilnya luar biasa.”
“Kami bantu kalau kamu butuh masukan,” tambah Cahya dengan yakin.
Didorong oleh semangat kedua sahabatnya, Alun mulai menulis. Malam-malam berikutnya, ia mengingat kembali hari-hari bersama Kalandra: bermain layangan di lapangan, berbagi cerita di bawah pohon besar, hingga momen terakhir sebelum Kalandra pindah.
Namun, proses menulis tidak semudah yang ia bayangkan. Suatu malam, Alun mengeluh, “Aku rasa ceritanya terlalu biasa. Banyak yang punya ide lebih unik dari ini.”
“Lun,” kata Thea sambil memegang bahunya, “justru kisah yang sederhana tapi jujur yang bisa memenangkan hati pembaca.”
“Betul,” tambah Cahya. “Bukan soal idenya, tapi bagaimana kamu bercerita. Coba tulis seperti kamu sedang bicara dengan Kalandra.”
Kata-kata itu membuat Alun tersadar. Ia kembali ke laptopnya dan menulis ulang beberapa bagian ceritanya, kali ini dengan lebih banyak perasaan. Akhirnya, cerpennya yang ia beri judul “Untuk Kalandra” selesai dan dikirim tepat waktu.
Beberapa minggu berlalu, dan hari pengumuman tiba. Alun sedang bersama Thea dan Cahya di taman ketika notifikasi email masuk ke ponselnya. Ia membukanya dengan tangan gemetar.
“Selamat! Anda menjadi Juara 1 Lomba Cerpen Tingkat Nasional.”
“AKU MENANG!” teriak Alun.
Thea dan Cahya langsung memeluknya erat.
“Kami tahu kamu bisa, Lun!” kata Thea dengan penuh semangat.
Alun tersenyum bahagia. “Ini semua berkat kalian. Kalau bukan karena dukungan kalian, aku mungkin nggak akan selesai menulis cerpen ini.”
Hari itu, mereka bertiga merayakan kemenangan Alun. Di balik kemenangan itu, Alun menyadari bahwa bukan hanya usahanya sendiri yang membuatnya berhasil, tetapi juga dukungan dari sahabat-sahabat yang selalu percaya padanya.
Analisis Struktur Kebahasaan
1. Pilihan Kata (Diksi):
“menyemangati,” “tidak yakin,” dan “dukungan”
2. Kalimat:
Kalimat Deskriptif: “Malam-malam berikutnya, ia mengingat kembali hari-hari bersama Kalandra.”
Kalimat Dialog: “Aku rasa ceritanya terlalu biasa.”
3. Gaya Bahasa:
Personifikasi: “Notifikasi email masuk ke ponselnya dengan suara gemetar.”
Metafora: “Coba tulis seperti kamu sedang bicara dengan Kalandra”
4. Struktur Paragraf:
Paragraf pendek digunakan untuk menonjolkan momen penting, seperti pengumuman kemenangan.
Paragraf panjang untuk narasi perjalanan Alun.
5. Alur Cerita:
Orientasi: Alun menemukan pamflet lomba cerpen dan menunjukkan ketertarikannya kepada Thea dan Cahya.
Komplikasi: Alun meragukan kemampuannya menulis tentang Kalandra.
Klimaks: Alun menyelesaikan cerpen setelah didukung oleh sahabat-sahabatnya.
Antiklimaks: Alun menerima kabar bahwa ia menjadi pemenang.
Resolusi: Alun merayakan kemenangan bersama Thea dan Cahya, menyadari arti penting dukungan mereka.
6. Amanat:
Cerita ini mengajarkan bahwa dukungan dari sahabat adalah kunci penting dalam menghadapi keraguan diri.
Ide yang sederhana namun ditulis dengan hati bisa menjadi karya yang luar biasa.
Komentar
Posting Komentar