DI ANTARA DO’A DAN TAKDIR - MEYZA PUTRI SALSABILA

Di Antara Do’a dan Takdir

oleh: Meyza Putri Salsabila / XI.6



Dua tahun lalu di bukit sunyi

Kulihat langkahnya mendaki

Di antara do’a yang berbisik lirih

Namanya selalu kusebut dibawah langit

 

Di depan ka’bah tatapan bertemu

Entah kebetulan, entah isyarat

Aku berpaling dengan rasa gugup

Namun ada harapan tersirat

 

Senyuman hangat dan tatapan tenang

Tapi hatiku dipenuhi  gusar

Cinta tak hanya soal rasa

Ada restu yang menjadi dilema

 

Dalam sujud kupanjatkan do’a

Di antara takut dan percaya

Hatiku bimbang di persimpangan

Menanti takdir memberi jawaban

 

 

Struktur Puisi "Di Antara Do’a dan Takdir"

 

1. Bait: (4 bait)

Bait 1: Menggambarkan pertemuan pertama dan perasaan kagum yang tumbuh dalam diam

Bait 2: Momen di depan Ka’bah yang menimbulkan tanda tanya, antara kebetulan atau takdir

Bait 3: Konflik batin antara perasaan dan realitas, terutama tentang restu keluarga

Bait 4: Kepasrahan dalam do’a, menunggu jawaban dari takdir

 

2. Kata Kunci:

Doa:  Permohonan kepada Allah SWT untuk kejelasan takdir

Tatapan:  Simbol dari perasaan yang belum tersampaikan

Gugup: Menunjukkan perasaan yang tersembunyi dan tak berani diungkapkan

Dilema:  Pertentangan antara hati dan realitas

Takdir: Sesuatu yang diharapkan namun tetap menjadi misteri

 

3. Diksi / Pilihan Kata:

a. Diksi Konkret:

Bukit sunyi: Tempat pertama kali melihatnya, menciptakan kesan tenan.

Langit: Simbol harapan dan do’a yang dipanjatkan

Tatapan:  Menunjukkan komunikasi tanpa kata yang terucap

Sujud: Bentuk kepasrahan dan harapan yang tinggi kepada Allah SWT

b. Diksi Abstrak:

Harapan tersirat:Perasaan yang tak bisa diungkapkan secara langsung

Gusar: Keresahan dan ketidakpastian dalam hati

Persimpangan: Simbol dari kebingungan dalam menentukan pilihan

 

4. Majas:

Personifikasi:

"Di antara do’a yang berbisik lirih" (seolah-olah do’a bisa berbisik)

Metafora:

"Hatiku bimbang di persimpangan" (persimpangan sebagai simbol kebingungan dan pilihan dalam hidup)

 

5. Imaji:

Imaji Visual:

"Kulihat langkahnya mendaki" (membantu pembaca membayangkan seseorang berjalan menaiki bukit)

Imaji Auditif:

"Di antara doa yang berbisik lirih" (membantu pembaca membayangkan suara lembut doa yang dipanjatkan)

Imaji Kinestetik:

"Aku berpaling dengan rasa gugup" (menggambarkan gerakan tubuh yang mencerminkan perasaan)

 

6. Makna Puisi:

Puisi ini menggambarkan perjalanan batin seorang gadis yang menemukan perasaan di tempat suci. Tatapan yang tak sengaja bertemu membawa harapan, tetapi juga kebimbangan. Ada dilema antara cinta dan restu, antara harapan dan kenyataan. Pada akhirnya, hanya doa yang bisa menjadi pegangan, menanti jawaban dari takdir.

 

7. Judul:

"Di Antara Do’a dan Takdir"


Komentar